Karya Sastra Periode 70-an “Cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan”

Kumpulan cerpen ini merupakan karya Umar kayam yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh Pustaka jaya terdapat 64 halaman. Salah satu cerpennya berjudul seribu kunang-kunang di Manhattan.

Umar kayam lahir di Ngawi, Jawa Timur 30 April 1932. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, ia melanjutkan ke Universitas Gajah Mada. Kemudian melanjutkan studi ke New York. Kehidupannya di New York kemungkinan menjadi inspirasi cerpennya ini.

Dalam cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan memakai bahasa Indonesia, kata-kata yang digunakan bebas. Ada beberapa sebutan yang tidak lazim di ungkapkan dalam cerpen tersebut. Misalnya menghina seseorang dengan sebutan “Setan”, “jet keparat”. Penggambaran inti ceritanya sulit di tebak. Dalam gaya bahasanya menggunakan majas personifikasi misalnya “Sinar bulan yang lembut itu membuat seakan-akan bangunan-bangunan itu tertidur dalam kedinginan.”, “rasa senyap dan kosong tiba-tiba terasa merangkak ke dalam tubuh.”. latar tempat yang digambarkan yaitu di dalam Apartemen. Penggambaran watak tokohnya tidak terlalu jelas. Berikut kutipan singkat cerpennya.

Diceritakan bahwa Tokoh Jane dan Marno merupakan sepasang kekasih. Jane dulu pernah punya suami yang bernama Tomy. Diceritakan bahwa Jane dan Marno sedang duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas Martini.  Pada waktu itu Jane meminta Marno meyakinkan dirinya bahwa bulan berwarna ungu. Sedangkan Marno dengan tegas menolak bahwa bulan itu berwana kuning keemasan. Jane juga menceritakan tentang Tomy. Sepertinya ada rasa malas dalam diri Marno. Karena sudah beberapa kali Jane mengulang cerita yang sama.

Waktu Marno bersandar di jendela, dia melihat lampu-lampu yang berkelipan di belantara pencakar langit mengingatkan pada ratusan kunang-kunang yang suka bertabur malam-malam di sawah embahnya di desa. Dia juga tiba-tiba merasa bahwa istrinya ada didekatnya di Manhattan.  Lama sekali Marno termenung di dekat jendela.

Jane tetap saja mengajaknya berbicara meskipun sudah berkali-kali hal yang dibicarakan itu diulang-ulang. Jane merasa bahwa dirinya membosankan. Namun ketika ada topik pembicaraan yang belum dibicarakan dan bisa membuat Marno tersenyum senanglah hati Jane. Tiba-tiba dia teringat dengan Piyama yang dibelinya untuk Marno. Segera dia mengambil dan menunjukkannya. Tetapi saat itu Marno sedang tidak ingin memakainya dan dia ingin segera pergi. Pada akhirnya Jane membungkus lagi piyamanya dan meletakkan kembali di lemari. Saat Marno sudah pergi, jane minum obat tidur dan entah kenapa dia menangis.

Cerpen ini menggambarkan perselingkuhan. Cerpen ini sulit dipahami oleh pembaca terutama pembaca yang awam. Karena maknanya tersirat. Cerpen ini layak dibaca oleh pembaca sastra.

Leave a comment